Friday, August 16, 2013

9 Mahluk Aneh Menurut Discovery

 Ini koleksi foto spesies dan primata yang dianggap "jelek" atau kurang menarik rangkuman Discovery News. Mereka tidak seperti kangguru, panda, dan koala, yang mungkin terlihat lucu dan menggemaskan. Sebaliknya, wujud dan ekspresi mereka mungkin aneh, menggelikan. Ada juga yang menakutkan. Namun, mereka tetap makhluk ciptaan Yang Kuasa. Beberapa di antaranya bahkan perlu diselamatkan.









Sumber : vivanews

Facebook Bisa Membuat Orang Tidak Bahagia

Jejaring sosial Facebook dikenal berjasa menghubungkan banyak orang di seluruh dunia lewat Internet. Tapi, berdasarkan penelitian terbaru,  Facebook pun bisa membuat pengunjungnya kurang bahagia.

Menurut Science Daily, Kamis 15 Agustus 2013, klaim itu berdasarkan hasil penelitian tim dari Universitas Michigan, Amerika Serikat. Melalui riset ke sejumlah partisipan, mereka meneliti pengaruh penggunaan Facebook terhadap tingkat kebahagiaan dan kepuasan pengguna.

"Pada dasarnya Facebook memang menyediakan sumber untuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam berhubungan sosial," kata Ethan Kross, Psikolog Sosial dari Universitas Michigan.

Dia menambahkan, meskipun Facebook membuat orang-orang selalu merasa terhubung, jejaring sosial itu memiliki pengaruh yang kurang baik dalam bermasyarakat. "Tingkat kepuasan hidup bermasyarakat pengguna Facebook terus menurun dari waktu ke waktu," ujarnya.

Sementara itu, menurut John Jonides, Neuroscientist dari University of Michigan, interaksi langsung dengan orang lain ternyata lebih membuat orang-orang merasa puas dan bahagia. "Dari penelitian ini mengungkapkan bahwa pengguna Facebook akan memengaruhi tingkat kebahagiaan dan kepuasaan dari waktu ke waktu," ungkap Jonides.

Penelitian ini telah meneliti 82 orang dewasa pengguna Facebook yang menggunakan jejaring sosial melalui ponsel pintar. Para peneliti mengukur tingkat berpikir dan perilaku pengguna sehari-hari.

Setiap pengguna juga harus menjawab lima pertanyaan. Seperti bagaimana perasaan Anda sekarang?, bagaimana tingkat kekhawatiran Anda sekarang?, bagaimana tingkat kesepian Anda sekarang?, kapan terakhir kali menggunakan Facebook?, dan berapa banyak interaksi Anda dengan orang lain secara langsung?

Hasil penelitian ini sudah diterbitkan di Jurnal Plos On.

Sumber : Vivanews

Lampu Tanpa Listrik

Seorang mekanik Brasil, Alfredo Moser, berhasil menciptakan penerangan dalam ruang gelap tanpa bergantung pada listrik. Dia memanfaatkan botol bekas kemasan air mineral, yang diisi air bercampur pemutih khusus.

Menurut surat kabar Daily Mail, Kamis 15 Agustus 2013, untuk setiap botol Moser memberi dua pemutih seukuran topi. Nah bagaimana sumber cahaya berasal?

Moser menjelaskan cahaya memanfaatkan sinar matahari yang menyinari botol sepanjang hari. Material pemutih membantu mensterilkan air dari organisme yang berkembang pada air.

Untuk mendapatkan pasokan sinar matahari sepanjang hari, bagian atas botol dipasang menjuang di atas genteng dengan perekat khusus sehingga tetap menjulang di atas genteng.

Moser mengklaim penerangan dari botol bekas itu setara dengan bohlam berdaya 40 sampai 60 watt.

Moser sudah mengaplikasikan lampu sederhana itu sejak 2002 untuk menerangi ruangan rumahnya. Dan lampu buatannya itu bahkan sudah jamak digunakan di berbagai negara berkembang di belahan dunia, di antaranya telah dipasang pada 140 ribu rumah di Filipina maupun 15 negara lain termasuk Argentina, India dan Fiji.

Moser mengisahkan ide membuat penerangan sederhana muncul saat sering terjadi pemadaman listrik di Brasil pada 2002 silam. Saat itu hanya pabrik yang mendapatkan pasokan listrik.
Bisa Berhemat
Kondisi sulit itu membuat gerah majikan Moser, yang meminta dirinya memanfaatkan botol plastik sebagai lensa dengan bantuan sinar matahari. Dengan tangan dingin Moser, ide itu malah dikembangkan untuk menciptakan cahaya layaknya lampu.

"Ini adalah cahaya hebat. Tuhan memberi matahari dan cahaya untuk semua orang. Siapa pun ingin menghemat uang. Anda tidak mendapat aliran listrik dan tidak dikenai biaya sepeserpun," jelas Moser.

Meski telah diaplikasikan ke beberapa rumahan, Moser mengaku tidak langsung mendapatkan uang berlimpah. Untuk jasa pemasangan lampu buatannya di rumah warga dan supermarket lokal, ia hanya mendapatkan beberapa dolar saja.

Tapi Moser tetap bahagia, karena temuannya itu bisa membantu orang dalam berhemat.

Temuan itu diapresiasi oleh Illac Diaz Angelo, Direktur Eksekutif Yayasan MyShelter Filipina. Diaz yakin pada tahun ini lampu buatan Moser bisa dipakai lebih dari satu juta orang.
Sumber : Vivanews

Kelinci Dapat Bercahaya Dalam Gelap

Ilmuwan asal Turki dan AS berhasil membesarkan sekelompok anak kelinci yang dapat bersinar dalam gelap atau glow in the dark. Itu terobosan terkini dalam mengembangkan obat untuk penyakit genetik yang mengancam jiwa manusia.

Menurut surat kabar Daily Mail, 16 Agustus 2013, tim ilmuwan itu berhasil membuat delapan kelinci yang memancarkan cahaya hijau di dalam kegelapan. Caranya dengan menyuntikkan materi genetik neon ubur-ubur dan menyuntikkan ke dalam embrio kelinci.

"Ini merupakan bukti yang menunjukkan bahwa kita dapat mengambil gen yang tidak ada di dalam tubuh kelinci dan memasukkan ke dalam tubuh kelinci," kata Dr Stefan Moisyadi, dari University of Hawaii, Amerika Serikat.

Kelinci-kelinci itu lahir di sebuah pusat penelitian di Turki akan terlihat normal dan tidak ada efek buruk di dalam tubuhnya. Tubuhnya tetap dibalut bulu-bulu berwarna putih ketika siang hari.

"Namun, pada malam hari atau kondisi gelap hewan itu seperti bola lampu yang menyala. Seluruh tubuhnya seperti lampu LED.
Buat Obat
Para ilmuwan berharap penelitian ini akan membantu menemukan cara membuat obat yang lebih murah untuk gangguan genetik seperti hemofilia, atau penyakit yang diturunkan dari ibu kepada anaknya.

"Untuk pasien yang menderita hemofilia akan memerlukan enzim untuk pembekuan darah. Dengan penelitian ini kami akan mampu membuat enzim yang lebih murah, karena saat ini enzim tersebut memiliki harga milyaran dolar," ujar Moisyadi.

Saat ini tim peneliti berencana membawa penelitiannya ke Amerika Serikat, tapi masih terhalang oleh birokrasi yang melarang adanya transgenik pada hewan.

"Kami terus berkomitmen melakukan penelitian ini, karena kedepannya akan sangat bermanfaat untuk umat manusia," tutur Moisyadi.

Percobaan memasukkan protein neon ubur-ubur ke tubuh hewan pertama kali dilakukan pada tahun 1980, ketika itu seekor tikus mampu bersinar di dalam kegelapan. Sejak saat itu mulai banyak ilmuwan yang melakukan percobaan pada kucing, anak anjing, monyet, dan babi. (eh)

Sumber : Vivanews